
Prodi KPI UIN Saizu Gelar Parade Sinemaphoria 2025, Wadah Apresiasi dan Diskusi Perfilman
Himpunan Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (HMPS KPI) Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto bekerja sama dengan Balai Film Banyumas menyelenggarakan kegiatan pemutaran film bertajuk Parade Sinemaphoria 2025, Rabu (11/06). Acara ini digelar di Hall Perpustakaan UIN Saizu dan dihadiri oleh sekitar 150 peserta.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Festival Sinemaphoria 2025 yang bertujuan mengapresiasi karya-karya sineas tanah air. Pemutaran film nominasi ini dilanjutkan dengan sesi diskusi yang menghadirkan tiga narasumber dari kalangan akademisi dan praktisi film.
Dalam sesi diskusi, hadir Gilang Akbar N., M.I.Kom selaku Founder Balai Film Banyumas dan Program Director Sinemaphoria, Fajaria Menur W., M.I.Kom dosen Universitas Merdeka Malang dan filmmaker, serta Iif Alfiatul Mukaromah, M.Kom, akademisi sekaligus pengajar produksi film di UIN Saizu.
Wakil Dekan III Fakultas Dakwah, Dr. Nawawi, M.Hum dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan acara ini. “Mahasiswa harus aktif dalam setiap kegiatan dan mau berkolaborasi dengan pihak luar. Kegiatan seperti ini dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa, khususnya dalam bidang perfilman,” ujarnya.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Balai Film Banyumas atas kepercayaannya memilih UIN Saizu sebagai tuan rumah kegiatan ini.
Gilang Akbar menekankan pentingnya riset dan kedekatan cerita dengan masyarakat dalam produksi film. “Unsur utama dalam film bukan hanya sinematografi, tapi kekuatan cerita. Cerita yang dekat dengan masyarakat membuat film jauh lebih menarik,” ungkapnya.
Iif Alfiatul menambahkan, “Film merupakan karya audio visual untuk menyampaikan pesan, bisa berupa hiburan, edukasi, bahkan kritik sosial.”
Sementara itu, Fajaria Menur menyatakan bahwa film kini menjadi medium ekspresi ide dan gagasan. “Awalnya film digunakan sebagai alat propaganda, tetapi kini penonton memiliki kuasa untuk menginterpretasi film. Film juga bisa menjadi sarana menyuarakan aspirasi budaya masyarakat,” jelasnya.
Festival Sinemaphoria diselenggarakan oleh Balai Film Banyumas bekerja sama dengan Yayasan Priambodo Berkarya asal Cilacap. Tahun ini, Festival Sinemaphoria mengusung tema “Warna Nusantara”. Tercatat sebanyak 270 film dari 18 provinsi dan 64 kota di Indonesia dikurasi dalam festival ini, dengan rincian 201 film fiksi, 49 film dokumenter, dan 20 film karya sineas lokal Banyumas. (drs)