Dosen Fakultas Dakwah Rancang Pengabdian berbasis Riset
Jumlah penelitian dengan berbagai tema dalam bentuk laporan dan publikasi sudah sangat melimpah. Media publikasi seperti buku dan jurnal ilmiah mudah diakses secara cepat dan gratis. Pertanyaan kemudian adalah bagaimana dampak hasil-hasil penelitian tersebut bagi masyarakat? Hingga saat ini, masyarakat masih berada dalam situasi krusial belum terurai. Kemiskinan, diskriminasi, kesenjangan, atau ancaman lingkungan belum mengalami kemajuan berarti.
“Menara Gading” sebagai istilah yang menggambarkan belum adanya media yang menjembatani jarak antar kampus dengan masyarakat masih cukup nyata. Penelitian sebagai salah satu aktivitas tridharma perguruan tinggi belum memiliki keterkaitan langsung dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Kuantitas hasil-hasil riset tidak berbanding lurus dengan ketersediaan alternatif terhadap kebutuhan solusi atas persoalan-persoalan yang berkembang. Kondisi ini pada dasarnya adalah paradoks, sebab ilmu pengetahuan yang dihasilkan melalui riset muaranya adalah peningkatan kesejahteraan sosial dan peradaban. Jurgen Habermas menyebut dengan emasipasi.
Ilmu pengetahuan harus praxis, indikator utamanya adalah kemampuan menggerakkan perubahan di masyarakat. Apabila hasil riset hanya terdistribusi pada sekitaran ilmu pegetahuan maka akan mengalami kemacetan. Kondisi ini mengacu pada refleksi kemacetan Mazhab Frankfurt yang mengalami hambatan pada saat memperbincangkan masyarakat secara nyata. Refleksi filosofis Mazhab Frankfurt tidak berlanjut pada aplikasi praxis ilmu pengetahuan. Implikasinya adalah kemacetan ilmiah ketika berhadapan dengan realitas.
Perbincangan di atas muncul pada diskusi Dosen Fakultas Dakwah di hari pertama masuk pasca lebaran Idul Fitri 2024. Dosen Fakultas Dakwah berkomitmen melakukan langkah-langkah strategis menghindari kemacetan ilmu pengetahuan melalui akselerasi hasil-hasil riset melalui pembelajaran dan pengabdian. Semua kegiatan pengabidan tahun 2024 harus didasarkan pada hasil riset sebelumnya.
Pengabdian: Merubah Masyarakat melalui Ilmu Pengetahuan
Kelompok kepentingan utama kampus adalah masyarakat. Hingga saat ini, persoalan krusial yang dihadapi masyarakat meliputi kemiskinan, kesehatan dan pendidikan, konflik sumberdaya alam, diskriminasi, dan berbagai akses layanan publik. Kampus dengan otoritas ilmu pengetahuannya harus mampu memberikan kontribusi untuk mengurai persoalan-persoalan yang dihadapi. Transformasinya melalui kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh para dosen. Ilmu pengetahuan yang diproduksi melalui riset diimplementasikan secara langsung pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Melalui proses yang kohesif dan simultan, perkembangan ilmu pengetahuan berjalan seiring dengan perubahan-perubahan progresif di masyarakat.
Fakultas Dakwah dengan prodi yang dimiliki memiliki peluang luas mengimpmenetasikan ilmu pengetahuan yang dikembangkan pada wilayah pengabdian. Beberapa persoalan yang dihadapi masyarakat berakar pada hal-hal terkait dengan kapasitas. Prodi Fakultas Dakwah seperti Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) dan Bimbingan Konseling Islam (BKI) memiliki relevansi yang tinggi untuk mentransformasi masyarakat melalui pengembangan dan penguatan kapasitas dengan pendekatan community development atau kesehatan mental kelompok.
Riset dan pengabdian merupakan kegiatan beriringan yang saling memberikan kontribusi. Setiap hasil riset yang diimplementasikan dalam pengabdian selalu memunculkan konsekuensi dan implikasi. Oleh karena itu, keduanya mendorong semangat ilmiah untuk melakukan perbaikan terus-menerus (continous improvement) untuk menemukan relevansi-relevansi baru. Kim Knott menyebut proses ini sebagai kebenaran kompleks (complex truth). Kondisi inilah yang sesungguhnya menjadi spirit Perguruan Tinggi, memproduksi dan mendinamisasikan ilmu pengetahuan untuk menolak status quo. Fakultas Dakwah dengan disiplin ilmu yang dikembangkan menjadi pioner akselerasi UIN Saizu yang progresif.